Nama Vino G. Bastian semakin populer di Indonesia. Banyak film sukses yang dibintanginya. Namun apakah Bastian Tito sepopuler dirinya?
Siapa Bastian Tito? Bagi orang Indonesia yang masa remajanya di dekade ’80-an atau ’90-an serta menyukai cerita silat, maka nama itu tidak asing.
Dialah pencipta cerita-cerita silat Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212.
Dicetak dalam model buku stensilan, Wiro Sableng dijual di pinggir-pinggir jalan, di terminal-terminal bus kota, hingga toko-toko buku.
Cerita Wiro Sableng bukan komik. Melainkan novel tipis, yang tamat dibaca dalam satu atau dua jam. Lantaran kisahnya singkat-singkat, maka banyak sekali judul yang diterbitkan.
Tentu saja, harga jualnya murah. Terjangkau oleh kantong para pelajar.
Itu terjadi beberapa dekade lalu, sekitar paruh kedua ’80-an hingga akhir ’90-an.
Pada paruh kedua ’90-an hingga awal dekade 2000-an, muncul serial Wiro Sableng di stasiun televisi RCTI. Serial ini cukup populer, dengan model cerita mirip novelnya, yakni cerita singkat per episode.
Aktor Ken Ken berperan sebagai Wiro Sableng saat itu. Cukup sukses ia memerankan pendekar pembela kebaikan yang sering bertingkah konyol itu.

Apakah Vino G. Bastian juga sukses memerankan Wiro Sableng dalam film terbaru yang awal September 2018 ini mulai diputar di jaringan bioskop di Indonesia?
Hmm… Semestinya pertanyaan itu tidak ada di benak siapa pun. Sebab sudah selayaknya bila Vino adalah aktor tersukses memerankan Wiro Sableng.
Mengapa? Sebab Bastian Tito sang pengarang novel sekaligus pencipta karakter Wiro Sableng adalah ayah dari Vino.
Karakter Wiro Sableng mungkin adalah warisan paling berharga dari sang ayah kepada anaknya. Bastian Tito lahir tahun 1945 dan meninggal dunia pada tahun 2006.
Tapi mengapa masih muncul pertanyaan soal sukses tidaknya Vino memerankan Wiro?
Sebab, memang kenyataannya tidak sesederhana itu.
Ken Ken lebih lepas dan mengalir sebagai Wiro Sableng. Sedangkan Vino terlihat memikul beban dan belum luwes.
Bagi pencinta novelnya (koresponden Autoblarr adalah pelanggan novelnya semasa remaja dahulu), mungkin akan merasa Ken Ken lebih cocok aktingnya sebagai Wiro.
Namun terus terang look (penampilan paras dan tubuh) Vino G. Bastian sebagai Wiro lebih mendekati imajinasi Autoblarr sebagai pembaca novelnya.

Lantaran sepertinya film yang dibuat bekerja sama dengan 20th Century Fox ini bakal dibuat sekuelnya, maka perkerjaan rumah bagi Vino adalah memperbaiki aktingnya agar lebih cair dan mengalir. Dan ini bisa dilakukan oleh aktor sekelas Vino.
Yang justru paling berat adalah memperbaiki kualitas koreografi silat pada film ini yang “sangat kedodoran” bila dibandingkan dengan film The Raid (patokan film silat paling bagus sedunia) yang juga melibatkan aktor sekaligus pesilat Yayan Ruhian (di dalam film Wiro Sableng berperan sebagai tokoh antagonis dan juga penasihat silat).
Penyutradaraan pun perlu peningkatan, dengan membangun cerita yang lebih enak dan mengandung suspense serta surprise. Alur cerita novel Wiro Sableng jauh lebih baik dibanding film terbaru ini.
Catatan: Koresponden Autoblarr pernah berhubungan dengan Bastian Tito pada tahun 2001 untuk urusan otomotif, karena Bastian Tito adalah salah satu penggemar majalah Autocar Indonesia, dan juga penghobi otomotif.
Leave a Reply