Melihat pameran otomotif di mana pun, sudah sepantasnya kita mendapatkan dua hal. Pertama, mobil atau motor keren yang menggelorakan gairah hidup.
Kedua, pemandangan paras cantik dan tubuh indah dari para wanita yang mendampingi mobil atau motor di lantai pameran.
Tapi, tahukah Anda dari mana para wanita aduhai itu berasal? Tahukah bagaimana perjalanan mereka sampai bisa menjadi “bintang” yang merupakan personifikasi merek-merek mobil ternama?
Di Indonesia, salah satu “brand” terpopuler terkait wanita pendamping mobil adalah Toyota Pretty.
Toyota Pretty dibentuk dan dikelola Toyota Astra Motor (TAM) sejak dekade ’80-an untuk mendukung setiap pameran dan event lain terkait penjualan mobil.
Yang menarik, pihak TAM tidak menyebut Toyota Pretty sebagai sales promotion girl (SPG).
“Mereka bukan SPG, karena tidak menjual mobil. Karena itulah mereka disebut Toyota Pretty. Mereka dihadirkan agar mobil yang dipamerkan tampak humanis,” papar Rouli Sijabat, Head of Public Relations TAM.

Humanisme di dalam pameran mobil menjadi penting karena konsumen ingin diyakinkan bahwa pabrikan mobil peduli dengan kepentingan mereka dalam hidup sehari-hari.
Di berbagai belahan dunia, mobil bukan hanya dimaknai sebagai alat transportasi, melainkan juga simbol kehidupan, yang terkait dengan status sosial dan aktualisasi diri.
“Humanisme, atau lebih spesifik lagi human relations, adalah hal penting di dalam industri mobil. Toyota Pretty pun dilatih sebisa mungkin tampil baik di dalam bersikap dan berbicara kepada konsumen. Tentu saja, mereka pun dilatih untuk bisa menjawab berbagai pertanyaan dari pengunjung pameran soal mobil yang mereka dampingi,” imbuh Rouli.
Toyota Pretty mengusung prinsip beauty, behaviour, dan brain.
Beauty menjadi prinsip pertama karena memang mereka menjadi personifikasi terdekat dari mobil yang dipamerkan. Paras dan penampilan cantik harus dikedepankan agar bisa memukau calon konsumen untuk mendekati mobil.
Terkait hal itu, Toyota Pretty dididik untuk mampu mempercantik diri. Bahkan dipanggilkan guru untuk mengajari mereka soal make up, dengan target mampu melakukan make up sendiri.
Adapun behaviour terkait kemampuan Toyota Pretty membawa diri di hadapan publik. Cara berbicara dan gesture mereka harus mampu mewakili brand mobil secara terhormat.
Untuk itu, mereka disekolahkan ke lembaga kursus kepribadian John Robert Powers, atas biaya TAM.
Sedangkan brain berhubungan dengan kemampuan Toyota Pretty untuk merespons dan memberi penjelasan kepada calon konsumen mengenai mobil yang dipamerkan.
Mereka dilatih oleh tim Toyota Astra Motor untuk mengetahui soal desain, teknis, hingga after sales mobil yang akan dipamerkan.

Dari mana mereka berasal?
Ini mungkin pertanyaan yang menggelitik semua orang.
Toyota Pretty ditarik dari berbagai sekolah setingkat SMA dan juga perguruan tinggi. Ada agency yang membantu TAM untuk menjaring mereka yang berminat. Ini dilakukan sejak enam bulan sebelum suatu pameran digelar.
Setelah terjaring peminat (biasanya berjumlah ratusan) yang memenuhi kriteria awal, seperti tinggi badan dan penampilan, agency menyaringnya menjadi hanya sekitar 100 kandidat.
Hasil saringan ini kemudian diserahkan kepada pihak TAM untuk disaring kembali hingga tercapai jumlah yang sesuai kebutuhan pameran atau event lain.
Misalnya di pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2018 yang dihelat 2–12 Agustus, TAM membutuhkan 56 orang Toyota Pretty untuk mendampingi 28 mobil yang dipamerkan di booth Toyota. Dalam hal ini satu mobil dikawal dua orang Toyota Pretty yang masing-masing bekerja selama delapan jam (satu shift).
Biasanya yang ditungu-tunggu pengunjung pameran adalah momen shifting, di mana para Toyota Pretty melakukan shifting dance yang cukup mengesankan.
Apa yang terjadi setelah mereka selesai bertugas sebagai Toyota Pretty?
Kebanyakan di antara mereka terus melanjutkan sekolah, dan tetap mendukung Toyota bila dibutuhkan dalam berbagai event dan pameran.
Ada pula yang melanjutkan mengawal mobil dari merek-merek lain di berbagai event otomotif.
Namun ada pula yang menikah dan berwira usaha. Salah satunya ada yang mengembangkan bisnis penjualan mukena yang cukup berhasil.
Toyota Pretty yang lain ada yang menjadi pemain sinetron, penyiar radio, dan master of ceremony.
Apa pun profesinya kemudian, jelas nilai-nilai yang diajarkan Toyota dan lembaga pendidikan lainnya selama menjadi Toyota Pretty akan terus menjadi bekal bagi kesuksesan mereka di masa depan.
(Foto-foto: YouTube dan panitia GIIAS)
* Silakan klik logo Autoblarr di atas untuk kembali ke home page dan melihat berbagai artikel menarik lainnya
Leave a Reply