Setelah paten milik Tesla dinyatakan terbuka (open source), perkembangan mobil listrik akan semakin cepat.
Perkembangan dunia automotive sepertinya begerak ke arah yang benar. Hal ini terkait bersemangatnya berbagai manufaktur besar dunia untuk memproduksi mobil listrik.
Ya, mobil listrik, mobil yang tidak lagi menggunakan mesin bakar (combustion engine), melainkan baterai dan motor listrik. Tanpa bensin atau bahan bakar lain, mobil listrik polusinya nol. Inilah mobil idaman masa depan.
Memang banyak perdebatan tentang polusi yang ditimbulkan industri pembangkit listrik, terutama yang bertenaga batu bara dan solar. Ketika kebutuhan terhadap listrik semakin besar, untuk keperluan mengisi baterai mobil, diprediksi industri pembangkit listrik akan semakin polutif.
Kalangan pecinta lingkungan menyarankan pengembangan industri pembangkit listrik berbasis tenaga air atau angin untuk mengisi baterai mobil, agar benar-benar bersih dari hulu ke hilir.
Adapun pembangkit tenaga nuklir tidak terlalu disarankan karena masih menyisakan limbah radioaktif, serta adanya risiko kebocoran reaktor.
Terlepas dari problema industri pembangkit listrik, berbagai pabrikan mobil telanjur mematok visi tentang mobil listrik. Mereka sepertinya memilih fokus pada tugas utamanya, yakni menghasilkan mobil yang terbaik, sedangkan soal pembangkit listrik dapat dicarikan solusinya bersama stake holder lain, seperti pemerintah dan masyarakat.
Sebagai contoh, di Frankfurt Motor Show 2015 yang digelar 17-27 September, Porsche mengumumkan komitmennya untuk membuat sports car bertenaga listrik. Pabrikan asal Stuttgart ini memajang Mission E Concept. Ini adalah langkah yang lebih maju setelah Porsche sukses melahirkan 918 Spyder, sebuah super car hybrid (paduan mesin bakar dan motor listrik+baterai).
Tak mau kalah dari langkah Porsche itu, Audi yang juga berasal dari Jerman menyatakan siap memproduksi SUV e-tron Quattro mulai 2018. Pabrikan asal Ingolstadt ini bahkan mengungkapkan tak lama setelahnya bakal melahirkan mobil listrik lain dari segmen yang berbeda.
Audi memutuskan lebih dulu merakit mobil listrik berjenis SUV karena yakin bahwa publik lebih mudah terpikat pada pandangan pertama dengan sebuah bentuk SUV dibanding MPV atau sedan.
Dituturkan Scott Keogh, presiden Audi America kepada media, “Prinsip utama kami adalah bukan membangun mobil pelengkap. Ini haruslah sebuah mobil yang keren dan menggairahkan. Konsumen harus benar-benar menyukainya dan menjadikannya sahabat sehari-hari seperti kebanyakan mobil saat ini.”
Sungguh sebuah visi yang memang sepantasnya ditanamkan. Bahkan, Audi bertekad: sebelum 2030 jumlah mobil listrik produksi Audi yang terjual harus mencapai sepertiga dari total penjualan Audi.
Sebenarnya, Audi dan Porsche belumlah semaju Tesla dalam bermain mobil listrik. Ya, Tesla, nama asal Amerika yang mungkin belum sebesar kedua merek Jerman itu. Tesla Motors yang berdiri pada 2003 adalah perusahan perintis mobil listrik yang mendahului produsen lain dalam keseriusan pengembangan produk dan pemasarannya. Perusahaan asal Palo Alto, California, ini telah menjual mobil listrik sejak 2006 (Tesla Roadster).
Audi e-tron Quattro SUV berusaha menyaingi Tesla Model X, sebuah SUV listrik dengan jarak tempuh 432 km dengan sekali isi penuh baterai. Sedangkan e-tron Quattro SUV diklaim mampu menempuh 496 km.
Hal menarik yang tak boleh dilewatkan adalah fakta bahwasejak Juni 2014, Tesla mencabut berbagai paten yang diperolehnya terkait teknologi baterai lithium-ion dan mobil listrik.
Dengan demikian, pabrikan mobil di seluruh dunia lebih leluasa untuk mengembangkan mobil listrik. Kesempatan ini pula yang dimanfaatkan Audi dan Porsche.
Pencabutan paten tersebut dilakukan Tesla tak lain agar perkembangan mobil listrik tidak menjadi lambat karena manufaktur lain harus membeli paten terlebih dahulu sebelum membuat mobil listrik.
Lebih dari itu, paten akan membuat harga mobil listrik dari merek kompetitor menjadi lebih mahal. Hal ini menguntungkan Tesla dalam jangka pendek, namun justru akan merugikan dalam jangka panjang.
Perkembangan mobil listrik yang tersendat lambat laun akan memudarkan minat publik terhadap mobil listrik. Terlebih lagi perkembangan mobil konvensional dan hybrid semakin cepat dari berbagai pabrikan. Hal inilah yang diantisipasi Tesla dengan menyatakan bahwa teknologinya kini terbuka.
Elon Musk, chairman Tesla, mengatakan, “Musuh utama kami bukanlah mobil listrik yang dibuat brand lain. Musuh yang sesungguhnya adalah mobil berbahan bakar bensin yang berhamburan keluar dari ribuan pabrik mobil di seluruh dunia.”
Setelah pengumuman pelepasan paten tersebut, nilai saham Tesla di pasar modal bukannya turun, tapi justru naik. Selamat menyambut datangnya era baru bermobil. Blarr!
Leave a Reply