Ocehan saat jumpa pers:
“Saya ingin meninggalkan legacy…” Khabib bicara, lalu dipotong Ferguson, “Fu*k with your legacy!”
“Saya melawan Khabib seperti akan melawan pegulat setingkat anak SMA,” cetus Ferguson.
“Kenapa tidak ada orang yang suka pada Ferguson? Karena dia bersikap layaknya orang bodoh,” balas Khabib.
Khabib Nurmagomedov ibarat Mike Tyson di masa jayanya dulu: dijadikan daya tarik global oleh lembaga pertarungan tempatnya bernaung. Khabib digunakan oleh UFC, sedangkan Tyson dulu dimanfaatkan oleh lembaga tinju dunia seperti WBO dan WBC.
Tyson dulu disayang oleh Don King, sedangkan kini Khabib dieman-eman oleh Dana White. Intinya sama: baik Tyson maupun Khabib sama-sama sumber uang, karena punya penggemar fanatik di seluruh dunia, yang akan menyesaki ruang televisi di rumah-rumah yang tersebar di lima benua.
Itulah bisnis. Hal serupa terjadi pada setiap bintang. Seperti Muhammad Ali yang bahkan sampai “dipaksa” naik ring melawan pemain kung fu dan sosok yang tidak sepadan lainnya. Semua demi uang.
Mirip pula Conor McGregor yang baru-baru lalu dipertemukan melawan Floyd Mayweather. Atau isu gorengan media tentang rencana duel McGregor lawan Manny Pacquiao. Hanyalah showbiz, hanya demi uang.
Kembali ke Khabib, banyak yang bertanya: siapa nanti lawan yang akan menjadi puncak duel yang paling dinantikan, dan menyedot perhatian penonton lebih banyak dibanding semua duel UFC sebelumnya?
Jawabannya (banyak pemerhati UFC dan pemirsa kritis bilang begini): puncak duel Khabib nanti adalah rematch lawan McGregor.
Hmm, masuk akal. Khabib vs McGregor sentimen globalnya luar biasa. Barat versus Timur. Rusia vs Irlandia. Orang kalem vs orang brangasan. Bahkan ada yang membawa sentimen agama: Islam vs Kristen.
Makanya duel rematch itu paling dinantikan. Pada duel sebelumnya McGregor kalah (UFC 229). Tapi kelihatannya kekalahan itu “tidak diakui” secara moral oleh kubu McGregor, dan mereka selalu meminta tanding ulang.
Sikap yang keras kepala, dan ngotot nantang rematch itu agaknya sengaja dipelihara agar ketegangan antara Khabib dan McGregor tak pernah kendur. Publik pun selalu tegang setiap kali bicara tentang dua sosok itu. Ujung-ujungnya ekskalasi yang memuncak di benak publik dan perhatian penuh –plus mata yang melotot tak berkedip– saat duel ulang nanti terjadi.
Uang dari iklan dan pay per view pun bakal membeludak. Sekali lagi, showbiz.
Ekskalasi ketegangan Khabib vs McGregor juga dibangun lewat duel pra rematch. Misalnya, kemenangan McGregor atas Donald “Cowboy” Cerone (UFC 246), serta pada 18 April 2020 (UFC 249) ketika Khabib melawan Ferguson.
Nah, bila skenario rematch Khabib vs McGregor yang dikejar oleh UFC, maka seharusnya Khabib menang melawan Ferguson pada UFC 249, sebagaimana McGregor menang lawan Cowboy.
UFC pun mengembangkan isu bahwa kemampuan McGregor sudah meningkat dibanding ketika dikalahkan Khabib waktu itu. Maka di benak publik tumbuh anggapan bahwa duel ulang nanti akan lebih seru. Rematch pun semakin dinanti.
KHABIB VS FERGUSON CUMA SANDIWARA?
Pertanyaan ini mungkin agak radikal. Tapi cukup masuk akal. Kalau Dana White menyadari bahwa uang yang masuk ke kantongnya akan lebih banyak dari duel ulang Khabib vs McGregor, mengapa Khabib boleh kalah dari Ferguson?
Ingat, UFC bukanlah olimpiade. Bukan ajang atlet amatir. UFC adalah bisnis global. Haruslah diatur agar ada kesinambungan. Dan tentu saja pemasukan uang yang sesuai target komersilnya.
Kalau Khabib kalah dari Ferguson di UFC 249, maka hampir pasti duel ulang itu tidak akan terjadi. Kalaupun dipaksakan, rematch Khabib vs McGregor akan jadi tontonan kaleng-kaleng di mata publik.
Namun, agar duel Khabib vs Ferguson tetap diperhatikan publik, maka harus dibangun ketegangan. Caranya adalah: Ferguson meletakkan sabuk juara interimnya di lantai tepat di depan kaki Khabib, lalu Khabib menendang sabuk itu. Jadilah judul berita di seluruh dunia: Khabib emosi dan liar sehingga menendang sabuk milik Ferguson. Media ikut menggoreng adonan isu Dana White.
Pertanyaannya: kenapa juga Ferguson menaruh sabuknya di lantai lalu ngoceh untuk memancing emosi Khabib? Sengaja biar ditendang Khabib?
Wajah Dana White kelihatan puas dengan “sandiwara” itu. Kantongnya bakal makin tebal.
Lebih tebal lagi nanti, saat UFC entah keberapa, saat Khabib melawan McGregor lagi. Who knows.

Rekor duel (main-menang-kalah):
Tony 28-25-3
Khabib 28-28-0
Usia:
Tony 36
Khabib 31
Gaya bertarung:
Tony cenderung standing fight
Khabib cenderung ground fight
Ocehan saat jumpa pers:
“Saya ingin meninggalkan legacy…” Khabib bicara, lalu dipotong Ferguson, “Fu*k with your legacy!”
“Saya melawan Khabib seperti akan melawan pegulat setingkat anak SMA,” cetus Ferguson.
“Kenapa tidak ada orang yang suka pada Ferguson? Karena dia bersikap layaknya orang bodoh,” balas Khabib.
Leave a Reply