Saat ini sedang ramai pengakuan seorang wanita yang dimuat web site berita terbesar di Indonesia. Ia mengaku mudik dari Karawang ke Semarang via tol Cipali, dan sampai di ibu kota Jawa Tengah itu hanya dalam 4,5 jam.
“Empat setengah jam itu sudah termasuk istirahat. Saya berhenti di rest area Brebes Timur sekitar 20 menitan. Setelah itu, keluar Kendal berhenti di pom bensin sekitar 15 menit,” tuturnya.
Ia mengaku mudik pada Jumat tanggal 8 Juni 2018 atau seminggu sebelum Lebaran (H-7). Berangkat jam 07.00 pagi, perempuan bernama Yuni itu mengaku langsung meluncur via tol Cipali dan dilanjutkan ke jalan tol arah Semarang. Di Kendal, ia keluar dari jalan tol karena masih perbaikan, lalu memilih memakai jalan umum, bukan jalur tol fungsional.
Sontak berita itu membuat heboh banyak orang. Pengakuan itu dibahas di berbagai grup media sosial. Kebanyakan orang meragukan kebenaran klaim wanita itu. Selain itu, ada juga yang menyayangkan mengapa web site besar memuat pengakuan seperti itu.

BAHAYA KALAU ADA YANG INGIN MEMBUKTIKANNYA
“Itu informasi yang bisa menyesatkan,” ujar Yusuf Arief, pembina Forum Wartawan Otomotif (Forwot) di dalam status media sosialnya.
Pendapat senada diungkapkan Indra Prabowo, ketua umum Forwot, juga di dalam status medsosnya. “Seorang perempuan mengaku cuma butuh 4,5 jam ke Semarang dari Karawang. Jarak Karawang-Semarang = sekitar 400 kilometer. Waktu tempuh 4,5 jam. Kecepatan rata-rata 89 km/jam (gak pake rem, deselerasi, ke rest area, tapping bayar tol, dll). Saya menduga jika ada 1 atau lebih sopir cadangan ketika terjadi shift pun tidak pakai deselerasi. Perlu dicari nih orang utk jadi pembalap F1 Indonesia,” paparnya.
Sementara itu, Sony Susmana, pakar safety driving yang pernah mengajar mengemudi untuk TNI dan Polri mengatakan, “Saya khawatir ada orang lain yang penasaran dengan klaim itu, dan mencoba menempuh Karawang-Semarang dalam 4,5 jam. Bahayanya besar sekali, bagi dirinya sendiri atau pengguna jalan lainnya.”

APAKAH MUNGKIN KLAIM ITU BENAR?
Sony yang pernah menjadi guru mengemudi bagi Paspampres ini mengatakan, “Menurut saya, dari kaca mata safety sih mustahil. Selain hitungan kecepatan kendaraan yang rata-ratanya harus 100 km/jam, ditambah kondisi lalin yang relatif padat, juga kemampuan apa yang dimiliki si pengemudi wanita, itu pun masih ditambah istirahat, tidak mungkin waktu tempuhnya 4 jam-an.”
Apakah ada celah yang membuat hal itu mungkin terjadi?
“Mungkin apabila nonstop dan full jalan tol. Itu pun yang mengemudi harus punya skill hebat dan jam terbang yang mumpuni. Ditambah kendaraannya memakai mesin di atas 2.500 cc,” imbuh Sony.
Mengapa mesti bermesin di atas 2.500 cc?
“Sebab mobil ber-cc 2.500 ke atas lebih gampang mencapai kecepatan di atas 100 km/jam dengan seketika saat harus melakukan akselerasi setelah deselerasi,” tambahnya.
Jadi seperti pembalap yang melesat di sirkuit secara konsisten?
“Benar. Masalahnya jalan tol, apalagi jalan biasa, kan bukan sirkuit,” ujarnya.
Ia lalu mengatakan, navigasi google mengkalkulasi waktu tempuh Karawang–Semarang lebih dari 5 jam.
“Dengan mobil 1.500 cc yang bukan performance car, serta pengendara wanita, dan di dalam situasi jalanan ramai (bukan sirkuit), saya tidak yakin klaim itu benar terjadi,” tutupnya.
Intinya adalah paradigma yang sebaiknya dibangun dalam budaya berkendara bukan pada persoalan waktu tempuh, melainkan pada seberapa nyaman dan selamat perjalanan itu.
“Ngebut untuk mengejar waktu tempuh tapi tidak selamat, ya buat apa? Tujuan dasar dari berkendara adalah sampai di tujuan dengan selamat.”
Leave a Reply