Pelarian dramatis itu bisa jadi kisah manis bila tidak berakhir tragis. Kapal motor yang ditumpangi Princess Latifa sebenarnya sudah jauh meninggalkan perairan Uni Emirat Arab (UEA), bahkan dikabarkan sudah memasuki Samudera Hindia. Namun sepasukan komando khusus pemerintah UEA berhasil mengejar kapal itu dan menggagalkan upaya pelarian Princess Latifa.
Latifa adalah anak dari penguasa UEA: Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, salah satu pimpinan negara terkaya di dunia, dengan jabatan wakil presiden UEA.
Berbagai media terkadang menyebut Latifa sebagai Princess of Dubai atau Princess Latifa. Namun, sayang, kisah hidup Latifa tidak selayaknya seorang putri dari kerajaan yang kaya. Ia bernasib cukup malang.
Ketika ditangkap di lautan pada tahun 2018 tersebut, kabarnya Latifa melakukan perlawanan dengan menendang dan memukul, namun upaya itu tidak sebanding dengan cengkeraman tangan para prajurit komando. Bahkan, ada versi yang mengisahkan Latifa menggigit tangan prajurit yang memegangnya. Namun karena ini kisah nyata, bukan adegan film Hollywood, maka Latifa tetap tak berdaya.
Perempuan kelahiran 5 Desember 1985 itu pun dibawa kembali ke Dubai –ibu kota UEA– dan ditempatkan di lokasi rahasia. Media massa dunia sejak saat itu menyebut Latifa telah hilang, karena tidak ada lagi kabarnya.
Namun pada tengah Februari 2021, muncul sebuah video mengejutkan, yang berisi pengakuan Latifa bahwa dirinya ditaruh di dalam sebuah villa yang dijaga ketat mirip penjara.
“Ada lima polisi di luar dan dua polisi di dalam villa. Jendela-jendela tidak bisa dibuka, sedangkan pintu kamar saya tidak ada kuncinya,” ujar Latifa di dalam video yang dirilis BBC tersebut.
“Kamar mandi adalah satu-satunya ruangan yang bisa saya kunci pintunya,” ujar Latifa yang mengaku membuat video itu di kamar mandi.
“Aku sudah lelah dengan semua ini,” ujarnya.
Diduga Latifa mendapatkan ponsel dari pihak yang sejak 2018 berusaha membebaskannya, yakni gerakan Free Latifa, yang didukung sejumlah aktivis hak asasi manusia PBB.
Mengapa Latifa ingin melarikan diri dari Dubai?
Dikabarkan ia tidak betah dengan situasi keluarga kerajaan di Dubai yang dianggapnya tidak menjamin kebebasannya sebagai individu. Hak-hak perempuan dianggapnya tidak setara dengan hak laki-laki di sana.
Pada Juni 2019, Princess Haya (46 tahun saat itu) –salah satu istri Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum (ayah Latifa)– berhasil melarikan diri ke Jerman dan mendapat perlindungan di sana.
Hingga tulisan ini diturunkan, sebagaimana diberitakan BBC, sejumlah aktivis HAM PBB masih menuntut bukti yang lebih otentik kepada pemerintah UEA: apakah Latifa masih hidup hingga sekarang dan apakah video itu aktual atau video lama?
Sementara itu, pemerintah UEA selama ini mengatakan Latifa berada di dalam kondisi yang baik bersama keluarga yang menyayanginya. Pihak berwenang juga menyangkal bahwa villa yang ditempati Latifa difungsikan sebagai penjara.

Leave a Reply