Pita Loppies pernah ngetop di belantika musik Indonesia dan mancanegara, di awal dekade 2000-an, sebagai pentolan Moluccas band yang dibentuk oleh Tantowi Yahya.
Bagi Anda yang lahir di dekade ’70-an dan ’80-an kemungkinan mengenal Pita Loppies sejak ia menjadi juara pertama lomba Cipta Pesona Bintang tahun 1992, ajang pencarian bakat terpopuler di Indonesia zaman itu.
Wanita berdarah Maluku kelahiran Jakarta ini juga pernah masuk babak final Voice of Asia tahun 1990, sebuah ajang pencarian bakat bernyanyi tingkat internasional yang pada 1993 berubah nama menjadi Asia Bagus.
Puncak karier bernyanyi mantan backing vokal Chrisye dan Ruth Sahanaya ini adalah di Moluccas. Bersama band ini Pita Loppies manggung di acara Miss World, manggung di Rusia, dan menggelar konser di Singapura dan Malaysia.
Namun kini zaman telah berganti. Pita tidak lagi seperti dulu. Ia single parent dengan satu anak dan tidak lagi dekat dengan hiruk pikuk gosip keartisan.
Ikuti obrolan Autoblarr dengan pengagum Whitney Houston dan Vanessa William yang sekarang tinggal di daerah Bekasi.
Mengapa ia mau bergabung dengan kelompok penggemar karaoke yang kebanyakan suaranya pas-pasan?
Bagaimana ia berbicara bayaran ketika bernyanyi di gereja?
Apa jawaban Pita ketika diajak untuk bikin gosip settingan agar ngetop lagi?
Dan banyak lagi perbincangan menarik lainnya.
Apa aktivitas utama Anda saat ini?
Aktivitas utama saya saat ini mengajar nyanyi. Selain itu, mengisi event-event off air. Dan yang terbaru adalah sedang build up YouTube channel RP MUSIC PROJECT (bit.ly/rpmusicproject).
Lagi ngumpul-ngumpulin konten untuk channel itu. Konten pertama sudah di-release saat hari Pancasila kemarin, 1 Juni.
Selain itu, masih ada lagi kesibukan yang terasa asyik juga, yakni sebagai Smule enthusiast.
Anda memiliki kemampuan bernyanyi yang hebat, itu berasal dari belajar sendiri (bakat) atau dari sekolah nyanyi?
Saya rasa bakat yang dicampur dengan belajar. Belajar diajarin papa awalnya. Papa adalah musisi jazz zaman Bill Saragih dan Bob Tutupoly, mereka satu band di Jazz Riders.
Setelah diajarin papa, saya kemudian kursus Bina Vokalia, langsung dibimbing Pak Pranadjaja almarhum. Sebenarnya sampai sekarang saya masih belajar nyanyi kok, dari siapa saja.
Siapa orang yang paling berpengaruh di dalam karier bernyanyi Anda?
Banyak banget. Basic-nya adalah support family. Pergaulan di gereja mengantarkan saya jadi backing vokal untuk Ruth Sahanaya, Chrisye, Harvey Malaiholo, dan lain-lain. Bergabungnya saya ke Elfa’s Bossas juga punya pengaruh ke karier saya.
Semua fase punya pengaruh dalam perkembangan karier. Munculnya Moluccas juga karena peran saya sebagai backing vokal yang mempertemukan saya dengan Tantowi Yahya dan Andre. Gak bisa nunjuk satu orang saja.

Moluccas sempat berjaya. Menurut Anda, apa yang membuat Moluccas surut?
Strategi dari recording company yang kurang jor-joran dalam promosi, khususnya di album ke-2. Selain itu, terlalu lama vakum dari album pertama ke album kedua (album pertama muncul tahun 2001 dan album kedua tahun 2006).
Apakah persoalan rumah tangga juga berpengaruh terhadap karier Anda bersama Moluccas?
Persoalan rumah tangga gak ada pengaruhnya dengan karier lah. (Pita pernah menikah dengan pria Malaysia keturunan India, Stephen Bernard Panafort, pada tahun 2004, dan dikaruniai seorang putri. Kini Pita adalah single parent).

Anda merasa lebih bahagia dulu atau sekarang?
Di semua situasi dan kondisi itu semuanya bahagia… Bahagianya beda-beda lah, sesuai dengan kondisi yang berlaku.
Tantowi Yahya adalah mentor di balik Moluccas. Apakah Anda masih berhubungan baik dengannya?
Kalau ketemu Tantowi Yahya sudah jarang. Kan beliau di New Zealand (menjadi duta besar). Tapi kalau ketemu pasti rame lagi lah.
Hal apa yang menurut Anda paling sensitif dan mudah membuat sebuah band bubar?
Uang dan konsep soal popularitas.
Anda pernah bernyanyi di level internasional?
Nyanyi di level internasional, banyak lah… Apalagi zaman Moluccas. Mulai dari acara Miss World di Jakarta, concert dengan Incognito, ulang tahun kota St Petersburg di Rusia, dan touring concert di Malaysia dan Singapura.
Pernah punya pengalaman menarik dengan penggemar ketika itu?
Penggemar yang paling lucu ya kalau ke daerah-daerah. Ada yang saking nge-fansnya sampai rela malam-malam nunggu untuk bisa ketemu dan foto bareng.
Ada juga yang ikutan hype aja. Sok kenal, tapi taunya salah nyebutin siapa gue. Banyak lah (kisah serunya). Ada yang nyubit lah…
Pernah ada momen lucu atau mengharukan yang tak terlupakan sepanjang karier bernyanyi Anda?
Saya sih paling susah hapal lirik. Jadi bergantung sama dua orang teman lain di Moluccas. Jadi kalau saya nengok ke kiri, yang kiri harus hapal lirik bagian saya. Jadi saya baca bibir mereka.
Kalau saya nengok ke kanan, maka yang kanan harus hapal lirik bagian saya, hihihi… Jadi merekanya yang kena pressure kayaknya, hahaha…
Sedangkan hal yang mengharukan adalah kalau di akhir manggung para penonton memberi standing ovation (memberi applause sambil berdiri). Kayak dapat energi.
Pernahkah Anda mengalami dibayar sangat murah saat bernyanyi? Dan apa perasaan Anda saat itu?
Kalau sudah profesional, biasanya dibayar berapa adalah hasil persetujuan. Jadi kalau pun dibayar murah banget, itu kalau pelayanan di gereja. Saya gak berani kasih harga. Terserah aja. Meski banyak artis sekarang kasih harga buat pelayanan gereja. Tapi pandangan saya pribadi, buat Tuhan kok masih ngasih argo. Lah suaranya aja dari Dia.
Apa pendapat Anda tentang penyanyi yang mencari popularitas dengan gosip settingan dan tingkah kontroversi lain di luar bernyanyi?
Gak setuju dengan gosip-gosip. Pernah ditawarin oleh salah satu wartawan untuk dibuat gosip ini itu supaya naik daun lagi. Tapi saya menolak, meski beberapa teman setuju .
Karena kalau kita sudah ada nama, semuanya tentang giving good impact to people. And males banget kalau rekam jejak digitalnya negatif.
Apa filosofi Anda dalam bernyanyi? Sekadar menghibur pendengar, atau ada makna yang lebih mendalam?
Filosofi bernyanyi saya, sing with your heart. And plan well your performance.
Apa yang dari hati itu akan sampai kepada audience. Dan juga menghibur kita sendiri.

Anda adalah penyanyi profesional dengan kemampuan vokal mumpuni. Mengapa Anda mau bernyanyi dengan orang-orang yang hanya sekelas penggemar karaoke di dalam grup Smule?
Benyanyi di mana aja sih, yang penting bikin happy. Dan juga menambah network.
Pernah di jalan terus denger orang berbisik sama orang di sebelahnya, “Eh, itu kan penyanyi yang di Smule.” Gilaaaa gak tuh (dampak Smule).
Lalu orang yang di sebelahnya menjawab, “Bukan. Itu penyanyi Moluccas.” Itulah the power of sosmed.
Dari Smule juga saya diundang nyanyi di Jazz Ampang di Kuala Lumpur dan dibayar. Selain itu, dari Smule pun saya diundang untuk jadi juri dan dibayar.
Tidak takut nyanyi bareng penyanyi sekelas karaoke akan mengurangi image Anda sebagai penyanyi profesional?
Gak lah… Buat saya, penyanyi profesional itu penyanyi yang know what she’s doing when she sing. Include sing in Smule.
Apa hal positif dari keterlibatan Anda di Smule?
Network dan teman semakin banyak.
Semakin banyak network, kerjaan bisa semakin lancar.

Apakah Anda ingin anak Anda juga menjadi penyanyi?
Ideal sih kalo anak bisa nyanyi. Tapi saya gak mau maksa.
Apa cita-cita Anda yang belum kesampaian?
Membesarkan YouTube channel milik saya.
Oya, saya juga berbisnis Oriflame. So saya pengen bisa punya financial freedom dari apa yang sedang saya kerjakan sekarang, dari bernyanyi dan berbisnis.
(Foto-foto: Pita Loppies)
Baca juga: Rotella Singing Corner, grup karaoke tempat Pita Loppies bergaul
Leave a Reply