Beberapa waktu lalu ramai kabar Toyota Fortuner dijadikan angkot di Papua, misalnya di jalur Nabire ke Paniai.
Mobil seharga Rp 500 jutaan itu diberi pelat kuning (angkutan umum) dan digunakan melintasi medan berat. Bahkan ada gambar beredar Fortuner diceburkan ke medan lumpur.
Tentu saja, mobil yang sanggup melintasi medan seperti itu adalah berpenggerak empat roda (4×4). Tetapi yang menarik justru sekarang Fortuner berpenggerak dua roda (4×2) yang mendominasi penjualan di Papua.
“Di tahun 2015, tipe 4×4 mendominasi kebutuhan Fortuner di Papua dan Papua Barat, yakni sampai 65% dari total penjualan,” ujar Dimas Aska, Head of Media Relations PT Toyota Astra Motor (TAM) kepada sejumlah media (13/6).
“Tetapi sejalan dengan sudah semakin bagusnya infrastruktur, penjualan Fortuner tipe 4×2 pelan-pelan mulai meningkat ke level mendekati 70%,” lanjut Dimas.
Dengan demikian, berdasarkan penjelasan tersebut, angka penjualannya sudah terbalik, gerak dua roda kini mendominasi.
“Di tahun ini bahkan penjualan Fortuner 4×2 mendominasi di level kurang lebih 80%,” cetus Dimas.
Kenyataan di Papua itu mulai mengarah seperti kenyataan di kota besar di pulau Jawa, misalnya Jakarta, meski perbedaannya masih signifikan.
“Bila di Papua dan Papua Barat penjualan Fortuner 4×4 masih ada 20%, maka di Jakarta penjualan Fortuner 4×4 hanya mengisi 1-2% dari total penjualan Fortuner,” imbuh Dimas lagi.
Sedangkan di Kalimantan, penggunaan Fortuner 4×4 tercatat sekitar 7-10% dari total penjualan Fortuner di pulau tersebut.
Kalimantan dan Papua memang memiliki kemiripan pada medan jalan yang masih banyak daerah pedalamannya. Namun pergeseran pemilihan gerak 4×4 menjadi 4×2 memperlihatkan Papua mengalami banyak perubahan medan jalan.
Pihak Toyota sendiri justru merasa bangga Fortuner dijadikan angkot di Papua.
“Itu artinya Fortuner memang andal di medan berat, sekaligus irit. Selain itu, jaringan distribusi dan layanan purna jual Toyota dipercaya konsumen hingga pelosok negeri,” ujar Rouli Sijabat, Manager of Public Relations TAM.
Leave a Reply