Presiden RI ke-7, Joko Widodo, sudah mencanangkan Ibu Kota baru Indonesia di Kalimantan Timur kelak lalu lintasnya harus didominasi kendaraan ramah lingkungan. Hal ini membuat kita berpikir sudah berapa banyak kendaraan hybrid atau listrik yang siap mendukung rencana itu. Untuk saat ini, tahun 2020, terus terang saja hampir bisa dikatakan masih terbilang sedikit.
Pertanyaan selanjutnya adalah seberapa siapkah manufaktur kendaraan di Indonesia untuk menyediakan kendaraan yang ramah lingkungan di Ibu Kota baru itu nanti? Sebab tidaklah mungkin kendaraan hybrid dan listrik dibuat oleh pemerintah. Penyedianya pastilah manufaktur mobil.
Merek Tesla mungkin termasuk yang paling sering kita dengar terkait mobil yang ramah lingkungan. Namun, sayangnya, merek tersebut belum membangun industrinya di Indonesia. Kalaupun pernah terlihat di jalan raya berarti itu didatangkan oleh importir.
Pemerintah sudah menerbitkan Perpres No. 55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai, yang mana aturan ini akan mempermudah percepatan ketersediaan kendaraan bermotor berbasis listrik. Lalu bagaimanakah manufaktur–manufaktur yang sudah bercokol di Indonesia menyiapkan diri untuk memenuhi hasrat pemerintah RI supaya Ibu Kota baru nanti ramah lingkungan?
Saat ini Kementerian Perindustrian sedang menyusun aturan turunan dari Perpres itu yang diharapkan akan segera diterbitkan. Ini tentunya akan mendorong keyakinan para manufaktur kendaraan untuk memboyong teknologi hybrid atau listriknya masuk ke pasar Indonesia.
Selain itu, pemerintah sedang mengodok aturan minimum Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), sehingga industri komponen di Indonesia bisa berkembang pesat dalam mendukung eksistensi kendaraan ramah lingkungan.
Sebelum berbagai manufaktur yang selama ini sudah malang melintang di pasar Indonesia benar-benar memproduksi mobil-mobil ramah lingkungan, pasti akan lebih dulu memperhitungkan pasar yang ada di Indonesia. Tentu tidak mudah pasar (konsumen) menyerap teknologi ini. Pasti konsumen akan memperhitungkan keandalan (realibility) dan efisiensinya.
Baca juga: Apakah mobil hybrid takut melewati genangan air?
Mobil hybrid dan listrik masih belum banyak yang menggunakan. Ini merupakan tantangan tersendiri buat manufaktur untuk meyakinkan pasar Indonesia.
Namun, sejumlah manufaktur mobil sudah berusaha mempopulerkan kendaraan ramah lingkungannya sejak lama. Tanpa menunggu perihal Ibu Kota baru, mereka telah mamasarkan mobil hybrid atau listrik di pasar Indonesia. Dari merekalah sebagian konsumen kendaraan di Indonesia sudah mengenal teknologi hybrid atau listrik.
Toyota Astra Motor sejak 10 tahun lalu memasarkan Prius Generasi III di Indonesia, dan berusaha menciptakan pasar mobil hybrid. Lalu di tahun 2012 merilis Camry Hybrid, 2015 Alphard Hybrid, dan C-HR Hybrid di awal tahun 2019.
Sementara itu, Nissan memperkenalkan X-Trail Hybrid di tahun 2015. Namun penjualannya yang tidak mengairahkan dan citranya pun tidak terangkat dari teknologi hybrid membuat Nissan kemudian mundur dari pasar ini. Tentunya Nissan juga akan memperhitungkan Perpres di atas untuk ancang-ancang berjualan di Indonesia.
Adapun Suzuki memperkenalkan teknologi hybridnya dengan produk Ertiga. Uniknya mesin bakar sebagai pendamping motor listriknya merupakan mesin diesel. Namun, hybrid yang ditawarkan Suzuki belum mencerminkan totalitas, dan masih mereka sebut mild hybrid. Di mana baterai yang dibenamkan bukan untuk mengerakkan roda, melainkan sebagai bantuan tenaga jika mesin memerlukan tenaga tambahan.
Lalu bagaimana dengan Mitsubishi yang terbilang telat dibandingkan dengan kompetitor lainnya dalam merilis mobil hybrid? Merek ini mulai memperkenalkan produk hybridnya di Indonesia pada tahun 2019 dalam pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS). Rilis pertamanya langsung menarik perhatian dengan Outlander PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle).
Mercedes Benz (Hybrid E-350 e) dan BMW (i8) pun sebenarnya sudah merupakan mobil hybrid yang dilempar ke pasar Indonesia. Tetapi merek premium yang mesin konvensionalnya saja sudah premium (pasarnya kecil), tentunya dengan hybrid ini akan lebih sedikit lagi pasarnya. Tetapi brand premium ini sudah memiliki pecintanya tersendiri.
Jika kita lihat perjalanan perkembangan mobil hybrid di atas, baru Toyota yang benar-benar punya totalitas dalam membuka pasar mobil ramah lingkungan di Indonesia. Sebagai penguasa pasar kendaraan di Indonesia, Toyota melengkapi lini produknya dari sedan, SUV, dan MPV yang bertipe premium dengan teknologi hybrid.
Jika saja industri baterai mobil sudah tersedia di Indonesia, bisa jadi tipe mobil sejuta umat seperti Avanza akan dilengkapi model hybrid juga. Sehingga hybrid bukan menjadi produk eksklusif lagi.
(Penulis: Andreyanto Henry, jurnalis)
Leave a Reply