Cukilan kisah dari sebuah touring singkat yang mungkin inspiratif dan menyentuh hati.
Menurut sebuah analisis psikologi yg pernah kubaca, seseorang yg menatto wajahnya adlh seorang yg pernah mengalami trauma luar biasa dlm hidupnya.
Misalnya, perceraian orang tua, pelecehan seksual, sering dibully, atau hal-hal lain yg sulit dibayangkan.
Oleh karena itulah dia “melukai” (untuk tujuan menyamarkan) wajahnya sendiri, karena “malu” memandang dirinya sendiri.
Seperti biasa, di akhir pekan (11 Feb 2018), aku meraih kuda besiku, Yamaha RX-King tahun 1996, yg kata orang bagai motor klasik krn usianya sdh di atas 20 tahun.
Setelah sekitar 2 jam berkendara dari arah Cianjur menuju Jakarta via Jonggol, di sebuah pom bensin ada dua remaja setengah berteriak kepadaku ,”Om belum makan nih. Tolongin dong Om.”
Aku pun menghampiri mereka, dan mengulurkan tangan utk bersalaman. Tak kusangka mereka kemudian mencium tanganku. Artinya, mereka masih punya rasa sopan santun.
Yang membuat aku menghampiri mereka, selain karena terpancing dgn suara mereka yg memang spt orang lapar, adalah krn salah satu dari mereka wajahnya penuh tatto.
Aku teringat analisis psikologi yg pernah kubaca itu. Ada rasa iba, sekaligus penasaran di hatiku.
Aku pun mengajak mereka makan di sebuah warteg dekat situ. Ternyata mereka membawa sebuah Vespa yang mungkin tdk layak lagi disebut Vespa. Sebab bentuknya sudah tdk karuan alias biasa dijuluki “Vespa gembel”.

“Sudah seminggu Om saya di jalan,” ujar yg wajahnya bertatto. Dia mengaku berumur 21 tahun. “Kami dari Tangerang mau main ke rumah teman di Sukabumi.”
“Kenapa lewat sini?” tanyaku heran.
“Kan jalur Puncak masih ditutup Om karena longsor. Jadi muter deh,” sahut rekannya yg mengaku berumur 20 tahun.
Sambil makan di warteg (aku perhatikan mereka mengambil lauk pauk yang sama denganku, seolah sungkan kalo mengambil sesukanya, ah mereka ternyata memang sopan), kami pun ngobrol ke sana ke mari.
Intinya mereka mendambakan perubahan hidup. “Kalo ada kerjaan Om, apa saja, kami mau Om. Masak mau begini terus,” ujar si wajah tatto.
Aku tak bisa berjanji. Aku hanya memberikan nomor teleponku. Sambil sedikit menyelipkan rupiah yg tidak seberapa ke tangan mereka.
Perpisahan harus terjadi. Dan yg membuatku terharu adlah sekali lg mereka mencium tanganku. Tapi aku mulai berpikir jangan2 anak jaman now memang suka cium tangan.
Anehnya, apa yg mereka ceritakan, dan cara mereka berbicara tdk seperti orang stress, terutama si wajah tatto yg aku amati terus. Aku mencoba menggali trauma apa dlm hidupnya yg membuatnya memenuhi mukanya dgn tinta permanen spt itu. Tp terus terang tdk ketemu. Bicaranya spt anak normal yg aku temui di lingkungan tetanggaku, anak-anak SMA yg rapih, berkecukupan, dan dari keluarga harmonis.
Lantas apa yg membuat ia rela menyerahkan wajahnya dibegitukan oleh tukang tatto?
“Ini kenang-kenangan Om dari berbagai tempat yg pernah saya datangi dengan Vespa ini,” ujarnya sambil memperlihatkan tatto lain di sekujur tubuhnya.
Kenang-kenangan? Wow, hanya kenang-kenangan? Hmm aku tak tau pasti. Mungkin saja ucapan itu hanya kamuflase utk menutupi trauma hidupnya. Atau analisis psikologi tadi yg terlalu berlebihan ketika diimplementasikan kpd anak jaman now.
Namun, bukankah teman karib yg pergi bersamanya bersih dari tatto? Hmm, artinya memang ada sesuatu yg berbeda dari remaja berwajah tatto.
Wa Allah a’lam bisawab. Aku tetap respek kpd mereka, termasuk kpd yg bertatto, yg memberi makna penting dlm touring kali ini. Setidaknya satu empirisme lagi: don’t judge the book by its cover.
Dan tentu saja, sebuah pengalaman yg belum pernah kudapat ketika berkendara dgn mobil. (Bukan berarti mobil meniadakan pengalaman menarik, tapi tentu saja berbeda dlm berbagai hal).

Aku makin respek saja kpd RX-King tua ini, yg sudah memberiku banyak teman. Dari orang yg tiba2 mengajak ngobrol sambil tanya2 harga, tukang parkir Indomaret yg menolak dikasih uang parkir, orang yg nimbrung dgn aku di warung tenda krn lihat motorku parkir, sampai remaja bertatto massif di wajah itu.

Apa pun itu, semuanya dlm naungan prinsip alhamdulillah… See u again, Bros…
* Catatan M. Hasan, wartawan yang juga penggemar touring dan Yamaha RX-King serta motor-motor lainnya (syukur-syukur kalo ada yang minjemin motor baru utk touring hehe, dijamin diulas di Autoblarr…)
Sangat bagus dan inspiratif.
Terima kasih dan salam