Apakah lelaki lebih menyukai perempuan langsing (kadang disebut juga kurus, walau sebenarnya tidaklah sama)? Ataukah pria lebih suka wanita gemuk?
Pertanyaan semacam itu mungkin menghantui banyak perempuan di dunia ini. Jawaban dari kaum pria tidak pernah memuaskan, karena selalu berbeda satu sama lain.
Mengapa kaum perempuan tidak menjawab sendiri pertanyaan itu? Sebab banyak pertanyaan di dunia ini yang lebih baik dijawab sendiri oleh orang yang bertanya. Misalnya pertanyaan “apakah kita bisa merasakan kehadiran Tuhan?” atau “hidup ini bahagia atau derita?”
Menjawab pertanyaan itu secara mandiri akan memberi kekuatan batin dan prinsip yang lebih tinggi kepada kaum perempuan. Mereka bisa lebih yakin dan percaya diri dalam menjalani hidupnya.
Sebagai misal, Chloe Shani Malveaux, seorang perempuan sarjana ilmu komputer dari University of Alaska Fairbanks, Amerika Serikat, mencoba menjawabnya dengan baik. Jawaban Chole sebagaimana diunggahnya di Quora bisa menjadi inspirasi bagi para perempuan lain untuk menyikapi pertanyaan yang kerap mengganggu tersebut.
Berikut ini uraian Chloe:
Menurut saya, asumsi bahwa lelaki lebih menyukai perempuan langsing adalah sangat etnosentris. Itu adalah standar dunia Barat yang seolah-olah mewakili apa yang selalu diinginkan pria di mana saja dan sepanjang masa.
Jawabannya adalah tidak. Ya, tidak benar bahwa pria lebih memilih wanita langsing.
Perlu dicatat bahwa standar kecantikan langsing di Barat adalah standar kecantikan yang relatif baru. Dalam lingkungan di mana kalori berlimpah dan murah seperti sekarang ini, bukan lagi prestasi atau pertanda sehat untuk tampil montok. Berat badan berlebih tidak dianggap sebagai tanda kesehatan atau kelas sosial. Itulah yang terjadi di kebanyakan belahan dunia saat ini.
Justru kemampuan untuk berolahraga secara teratur dan memiliki kebiasaan makan yang sehat, serta akses ke makanan sehat, sekarang menjadi tanda kekayaan. Dibutuhkan banyak waktu dan juga biaya untuk pergi ke gym, dan tidak banyak orang yang bekerja dengan upah minimum punya waktu atau biaya untuk itu.
Orang miskin di banyak negara di dunia sekarang ini adalah pihak yang paling berisiko mengalami obesitas (kegemukan). Itu karena mereka memiliki akses terbatas untuk mendapat makanan yang lebih mahal, dan juga untuk menjalani kebiasaan hidup sehat yang hanya orang kaya mampu meraihnya.
Tapi kembali ke masa lalu sebelum revolusi hijau (kemajuan dunia agrobisnis), bisa memiliki pasangan yang montok adalah simbol status tinggi di dunia Barat. Lihatlah pahatan dan lukisan wanita yang dianggap sebagai keindahan agung dari zaman Renaisans, maka Anda akan menemukan wanita yang dianggap “gemuk” hari ini dan mereka pasti disarankan menjalani diet.
Menjadi kurus ratusan tahun yang lalu adalah tanda kemiskinan dan penyakit. Bahkan mengabaikan perubahan budaya Barat, sampai hari ini ada budaya yang menganggap gemuk itu cantik, dan wanita kurus dianggap kurang menarik. Lihat saja budaya-budaya di Afrika, di mana mereka memaksa gadis-gadis muda untuk banyak makan sehingga bisa dinikahi kaum pria. Selain itu, mampu menjaga berat badan adalah pertanda tidak mengidap HIV atau AIDS.
Jadi saya berpikir bahwa pria lebih menyukai wanita yang terlihat sehat. Ukuran sehat bagi bebagai budaya mungkin berbeda-beda tergantung pada keadaan dan lingkungan. Tetapi saya mengandalkan kesehatan sebagai jawabannya.
Leave a Reply