The Seventh Seal (Segel Ketujuh) adalah film Swedia lansiran tahun 1957 yang ber-genre drama-fantasi. Film yang memerlukan keterbukaan pemikiran dan pemahaman budaya yang luas ini ditulis dan disutradarai oleh Ingmar Bergman.
Latar waktu film bertempat di Swedia selama masa Wabah Hitam, yang menceritakan prajurit abad pertengahan yang mempertanyakan Tuhan. Di masa itu, spiritualitas memang masih menjadi topik publik (trending topic).
Dan pada tahun 1957 topik spiritualitas kembali diangkat ketika dunia belum terlalu lama usai dari Perang Dunia 2 yang menyisakan banyak kisah kematian dan kemanusiaan.
Selain itu, Perang Dingin (cold war) blok Sekutu melawan Rusia (dulu Uni Sovyet) baru saja mulai mamanas, di mana dunia takut akan ancaman perang nuklir.
Topik kematian umat manusia diangkat kembali di masa kini lewat film rangkaian Avengers (tokoh antagonis Thanos) dan sempat juga menjadi trending topic. Intinya, soal kematian sebenarnya selalu dipikirkan manusia, kapan pun.
Kembali ke film The Seventh Seal, Ingmar Bergman merupakan salah satu pelopor terpenting dalam model sinema filosofis. Film-filmnya sangat mendalam dan membutuhkan banyak pemikiran untuk dipahami sepenuhnya.
The Seventh Seal terkenal karena interaksi antara Kematian dan karakter utama, Antonius Block, yang dimainkan oleh Max Von Sydow.
Mereka bermain catur dengan lanskap laut yang indah sebagai latar belakang dan, sejak saat itu, entitas Kematian tidak pernah berhenti mengejar Antonius.
Adegan terbaik mereka terjadi di sebuah gereja kecil, di mana Antonius mengakui dosa-dosanya kepada seorang pastor, dengan pembatas jeruji logam bilik pengakuan dosa.
Antonius ingin percaya kepada Tuhan, tetapi frustrasi karena ia merasa kurang bukti keberadaanNya, sedangkan iman dirasa tidak cukup baginya, dan itu membuat jiwanya sedih.
Pastor itu sebenarnya adalah Kematian yang menyamar, dan dia menanyakan beberapa pertanyaan kepada Antonius dalam upaya mencari tahu mengapa dia tidak ingin mati.
Antonius mengatakan dia ingin bertemu Tuhan secara langsung, dan mengaku bosan dengan asumsi dan doa kosong.
Seluruh setting untuk dialog ini sangat bagus. Pencahayaan menunjukkan dualisme Kematian: dia tertutup jubah hitam, tetapi wajahnya putih dan berkilau.
Nuansanya penuh gairah dan dilema yang dihadapi oleh mungkin semua manusia. Itu membuat adegan ini sangat menawan.
Kutipan terbaik:
Antonius Block: “Kita harus membuat ketakutan menjadi idola, dan menyebutnya Tuhan.”
Leave a Reply