Warga negara Malaysia sudah lazim mengklaim sejumlah budaya asal Jawa (seperti batik dan reog) dan budaya Minang (rendang) sebagai budaya asli Malaysia.
Klaim seperti itu dilakukan karena banyak warga negara Malaysia yang berasal dari Jawa dan Minang, termasuk Bugis, dan berbagai wilayah lain di Indonesia.
Masalahnya adalah banyak orang Indonesia yang merasa klaim seperti itu tidak honest (jujur). Akibatnya kerap terjadi perang kata-kata di media sosial antara netizen Indonesia dan Malaysia. Netizen Indonesia merasa sebaiknya netizen Malaysia (dan juga pemerintahnya) mengatakan dengan jujur bahwa batik aslinya dari Jawa dan rendang dari Minang (hanya menyebut segelintir contoh).
Honesty (kejujuran) itu sudah dicontohkan publik Indonesia yang tidak mengklaim musik dangdut sebagai asli Indonesia, melainkan musik yang diadaptasi dari India. Bahkan di dalam Wikipedia berbahasa Indonesia, dengan jelas ditulis bahwa dangdut berasal dari khasanah musik India. Alangkah mulianya sikap orang Indonesia.
Selain itu, publik Indonesia tidak pernah mengklaim bakso sebagai makanan asli Indonesia, melainkan mengakuinya sebagai adaptasi dari masakan China. Padahal bakso tersebar di Indonesia hingga jauh ke pelosok-pelosok desa.
Mengapa publik Malaysia tidak bisa bersikap jujur seperti orang Indonesia?
Mari kita lihat dari sudut pandang begini: para imigran yang datang ke wilayah RI tetap mengatakan bahwa budaya yang mereka jalankan adalah berasal dari tempat mereka sebelumnya, seperti China, India, atau Eropa.
Tetapi, para imigran dari RI yang kini tinggal di wilayah Malaysia cenderung tidak mengatakan cendol, rendang, dan batik (hanya menyebut sedikit contoh) adalah berasal dari RI. Mereka menyebutnya sebagai budaya asli Malaysia.
Mengapa?
Orang ras Melayu di Malaysia tidak bisa mengklaim roti canai sebagai budaya asli Malaysia, karena banyak orang India di Malaysia yang pasti protes kalau klaim itu terjadi.
Demikian pula kalau ras Melayu Malaysia mengklaim budaya dan masakan China, pasti akan terbentur, karena banyak orang ras China yang mempertahankan budayanya dari ancaman klaim.
Tapi kenapa budaya Indonesia (secara lebih spesifik merupakan budaya asal Jawa, Minang, Bugis, dan sebagainya) dengan mudahnya diklaim oleh ras Melayu Malaysia sebagai budaya asli mereka?
Mengapa orang asal Jawa, Minang, Bugis, Kalimantan, dan berbagai wilayah lain yang disebut Indonesia tidak mengawal asal-usul budaya yang diklaim itu?
Ataukah… Jangan-jangan justru orang-orang keturunan Minang, Jawa, Bugis, dan sebagainya itu yang melakukan klaim?
Mungkin mereka tidak cinta lagi kepada tanah leluhurnya. Tidak ada lagi penghormatan dan penghargaan di hati mereka. Sifat mereka mungkin berbeda dengan sifat orang India dan China yang di mana pun berada, tetap menjaga identitas dan budaya leluhurnya.
Alangkah fair-nya kalau orang-orang asal Jawa, Minang, Bugis, dan berbagai wilayah di Indonesia lainnya yang sudah jadi warga Malaysia bisa bersikap seperti para imigran asal China dan India: menjunjung tinggi serta mengawal asal muasal budaya leluhurnya.
Penulis: M. Hasan, pengamat budaya, alumni FIB-UI
Leave a Reply