Perdana menteri India bertemu dengan para pemimpin oposisi hari Jumat (19/6/2020) untuk menurunkan ketegangan dengan China setelah 20 tentara India tewas dalam bentrokan militer di wilayah perbatasan di Himalaya.
Belasan pemimpin dari berbagai partai oposisi menghadiri pertemuan dengan Perdana Menteri Narendra Modi.
India dan China saling menuduh telah memicu bentrokan di Lembah Galwan, bagian dari wilayah Ladakh yang disengketakan di sepanjang perbatasan Himalaya.
Duel antara para prajurit kedua negara yang terjadi pada Senin (25/6/2020) adalah konflik paling mematikan antara kedua belah pihak dalam 45 tahun. China belum mengatakan apakah prajurit mereka ada yang tewas.
Kedua negara mengatakan saling berkomunikasi melalui saluran militer dan diplomatik setelah insiden itu, serta menekankan pentingnya hubungan bilateral yang lebih luas.
Para ahli mengatakan kedua negara tidak bakal menuju perang karena peristiwa itu. Tetapi meredakan ketegangan dengan cepat akan sulit.
Bentrokan di Himalaya itu telah membakar sentimen anti-China yang lebih dulu muncul karena pandemi virus Corona, yang dimulai di China akhir tahun lalu. Kasus positif Covid-19 di India telah naik ke posisi tertinggi keempat di dunia.
Emosi publik yang tinggi muncul di wilayah selatan Hyderabad, tempat ribuan orang menyaksikan prosesi pemakaman Kolonel Santosh Babu, salah seorang korban dalam bentrokan tersebut.

Sebuah asosiasi bisnis India menyerukan boikot terhadap 500 produk Tiongkok, termasuk mainan dan tekstil, untuk mengekspresikan “kritik keras” terhadap dugaan agresi China di Ladakh.
Menteri Pertahanan India Rajnath Singh berbicara kepada para kepala partai politik pada hari Kamis (18/6/2020) untuk menciptakan konsensus tentang situasi tersebut. Partai oposisi utama mengatakan publik India layak untuk mengetahui kebenaran.
“Kita layak mendapat kepemimpinan yang bersedia melakukan apa saja sebelum membiarkan tanahnya diambil,” kata partai oposisi dalam sebuah pernyataan.
Bentrokan itu meningkatkan kebuntuan yang dimulai pada awal Mei, ketika para pejabat India mengatakan tentara China melintasi perbatasan di tiga tempat, mendirikan tenda dan pos jaga, serta mengabaikan peringatan untuk pergi.
Hal itu memicu pertengkaran, lemparan batu, dan perkelahian. Insiden tersebut terjadi di sepanjang lokasi terpencil di “Garis Kontrol Aktual” 3.380 kilometer (2.100 mil). Perbatasan itu dibentuk setelah perang antara India dan China pada 1962 yang dimenangkan China.
Kematian para prajurit India terjadi di udara tipis di ketinggian 4.270 meter (14.000 kaki) di atas permukaan laut. Mereka berkelahi dengan tongkat, batu, dan tinju, tanpa tembakan.
Para prajurit membawa senjata api tetapi tidak diizinkan menggunakannya berdasarkan perjanjian pasca perang 1962.
Para pejabat keamanan India mengatakan 20 kematian itu disebabkan oleh cedera parah dan paparan suhu dingin. Kantor berita BBC memunculkan gambar tongkat besi berduri paku yang konon digunakan tentara China dalam perkelahian itu. Gambar itu disebut berasal dari militer India.
Laporan berita di India juga mengatakan ada 76 tentara India yang dirawat di rumah sakit karena cedera, tetapi militer belum mengonfirmasi hal itu.
Para pejabat India pun membantah bahwa ada pasukan India yang ditawan Tiongkok.
China mengklaim sekitar 90.000 kilometer persegi (35.000 mil persegi) wilayah di timur laut India itu, sementara India mengatakan China menempati 38.000 kilometer persegi (15.000 mil persegi) dari wilayahnya di Dataran Tinggi Aksai Chin di Himalaya, bagian yang berdekatan dari wilayah Ladakh.
India secara sepihak mendeklarasikan Ladakh sebagai wilayahnya dan memisahkannya dari Kashmir. China termasuk di antara negara-negara yang mengecam langkah itu, serta membawanya ke Dewan Keamanan PBB. India terpilih sebagai anggota dewan itu pekan ini.
(Sumber: AP, Foto: AP dan BBC)
(Keterangan foto utama: Publik India dalam prosesi pemakaman prajurit yang menjadi korban)
Leave a Reply