Sebelum wabah Corona melanda dunia, sebuah pantai di Peru terlihat sesak (gambar atas). Namun, kini pantai itu dikuasai oleh burung-burung yang seolah begitu gembira menikmati kekuasaannya atas pantai itu.
Konspirasi para hewan telah berlangsung dengan sukses. Berawal dari budaya pembantaian sadis oleh manusia terhadap hewan di Wuhan, China, dan juga di banyak tempat lain di dunia, para tokoh hewan pun merancang sebuah rencana.
“Kita tidak bisa lagi membiarkan golongan kita dibantai semena-mena oleh manusia. Sudah ribuan tahun manusia berbuat sadis kepada kita. Bukan hanya demi kebutuhan perut mereka yang selalu lapar, tapi kita dibantai untuk memuaskan nafsu pesta pora mereka. Kita harus mengakhiri derita ini,” ujar tokoh hewan dari golongan ayam.
Tokoh hewan lain dari golongan kambing, sapi, babi, anjing, dan ikan pun mendukung ucapan itu. Tapi bagaimana caranya?
Melawan manusia dengan senjata jelas tidak mungkin. Melarikan diri dan bersembunyi dari manusia juga mustahil.
“Aku punya senjata rahasia yang selama ini aku sembunyikan,” ujar tokoh kelelawar memecah keheningan.
Semua mata tertuju padanya, dan spontan muncul banyak teriakan, “Apa itu? Senjata apa? Ayo katakan!”
“Virus,” jawab si tokoh kelelawar.
“Haahhh…Waaahhh…Wooowww,” spontan para hadirin bergumam.
“Virus itu akan membuat manusia mengalami pneumonia, gagal napas, dan akhirnya mati,” ujar tokoh kelelawar itu.
Singkat cerita, bermula dari pasar hewan liar yang dimakan manusia, virus Corona Baru (Novel Corona Virus) menyebar dari Wuhan ke seluruh dunia. Membuat banyak manusia terjangkit dan banyak yang mati. Sedangkan yang belum terjangkit merasa ketakutan dan memilih mengurung diri di dalam rumah. Para manusia pun terpenjara.
Kegiatan sosial manusia di Bumi bisa saja terhenti total suatu saat, bila virus itu tak juga ditemukan penangkalnya (vaksin) oleh manusia.
Pembantaian hewan menurun drastis. Sebab manusia mengurangi segala aktivitasnya. Kota-kota bagaikan tak berpenghuni. Berbagai tempat di Bumi tak lagi disesaki manusia. Hewan pun mulai berkuasa.
Tapi, sampai kapan? Sebab sejak dahulu kala manusia selalu menang pada akhirnya.
Maka kini nikmatilah kekuasaan dan kebebasanmu wahai satwa. Selagi bisa. Selagi manusia masih dibuai ketakutannya. Selagi manusia masih merenungi keserakahan, ketamakan, dan kealpaannya. Sebelum akhirnya kembali seperti sedia kala.
“Kalau kali ini akhirnya kita kalah lagi, nanti sekitar 100 tahun dari sekarang, kita kembali dengan senjata lain,” demikian pakta yang ditandatangani para tokoh hewan tersebut.
(Tulisan di atas adalah satire, oleh M. Hasan, jurnalis sejak 1994)
(Foto-foto: AP)
Leave a Reply