Meski Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengaku berusaha melindungi data warga negara Indonesia agar tidak bocor ke tangan yang tidak bertanggung jawab, kenyataannya data KTP dan KK (kartu keluarga) bocor lagi.
Kali ini bukan kebocoran seperti yang terjadi lewat Tokopedia dan Bukalapak beberapa waktu lalu. Melainkan data para pemilih dalam Pemilu.
Dilaporkan kantor berita nasional Antara (22/5/2020), lembaga riset siber Indonesia CISSReC (Communication & Informatian System Security Research Center), menyebutkan bahwa data warga Indonesia ditawarkan secara gratis di forum internet: Raid Forums.
“Bisa diakses kalau kita masuk ke darkweb. Saat dicek di Raid Forums, data yang disajikan plain dan bisa di-download member secara gratis,” ujar Chairman CISSReC, Pratama Persadha.
Pratama melanjutkan, data tersebut telah diunduh oleh sekitar 100 akun. Untuk mengunduh data itu diperlukan minimal 8 kredit, yang setiap 30 kredit harus dibeli seharga 8 euro via PayPal.
Adapun data yang disebar di forum internet itu mencakup nama, jenis kelamin, alamat, nomor KTP dan KK, tempat tanggal lahir, usia, serta status lajang atau menikah. Data yang tersebar tersebut adalah data 2013, setahun sebelum pemilu 2014, sebagian besar data pemilih DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta).
“Data yang disebar tanpa enkripsi sama sekali. Nomor KTP dan KK bersamaan misalnya bisa digunakan untuk mendaftarkan nomor seluler dan juga melakukan pinjaman online bila pelaku mahir melengkapi data,” ujar Pratama.
Pratama menambahkan bila data ini dikombinasikan dengan data Tokopedia dan Bukalapak yang lebih dulu terekspos, maka akan dihasilkan data yang cukup berbahaya dan bisa dimanfaatkan untuk kejahatan.
“Misalnya mengkombinasikan data telepon dari marketplace dengan data KTP dan KK, jelas ini sangat berbahaya,” jelasnya.
Pratama menilai peristiwa ini juga harus menjadi peringatan bagi Dinas Dukcapil agar bisa mengamankan data kependudukan.
“Perlu dipikirkan lebih jauh terkait pengamanan enkripsi pada data penduduk,” ujar Pratama.
Sebelumnya, pada Kamis (21/5) peretas mengklaim telah membobol 2,3 juta data warga Indonesia dari Komisi Pemilihan Umum (KPU). Informasi itu datang dari akun @underthebreach yang sebelumnya mengabarkan kebocoran data ecommerce Tokopedia di awal Mei 2020.
“Aktor (peretas) membocorkan informasi 2.300.000 warga Indonesia. Data itu termasuk nama, alamat, nomor ID, tanggal lahir, dan lainnya,” cuit @underthebreach.
Tidak hanya itu, peretas juga mengklaim akan membocorkan 200 juta data lainnya.
(Sumber: Antaranews)
Leave a Reply