Carlos Ghosn –mantan CEO aliansi industri mobil Nissan, Renault, dan Mitsubishi– rupanya benar-benar mendendam kepada aliansi itu. Ghosn pada tahun 2018 ditahan polisi Jepang atas tuduhan dari aliansi tersebut bahwa Ghosn tidak melaporkan penghasilannya, serta menggunakan dana perusahaan untuk kepentingan pribadi.
Semua tuduhan itu dibantah Ghosn. Lalu pada Desember 2019 ia berhasil melarikan diri ke Lebanon –negeri masa kecilnya– dari tahanan rumah di Tokyo. Aparat Jepang sudah menemui pemerintah Lebanon untuk membawa Ghosn, namun tidak ada perjanjian ekstradisi antara Lebanon dan Jepang.
Kini Ghosn dari pelariannya di Lebanon menyerang balik aliansi itu. Kedekatan Ghosn dengan presiden Lebanon membuatnya bebas bergerak di negeri itu.
Ghosn sendiri sempat memiliki empat paspor, yakni dua paspor Prancis, satu paspor Brasil, dan satu paspor Lebanon. Pihak berwenang Jepang pada 2018 menahan seluruh paspor itu. Namun belakangan dikembalikan kepada Ghosn satu paspor Prancis. Diduga paspor inilah yang dibawanya ke Lebanon, dan sekarang dipegang aparat Lebanon.
Ghosn berbicara dengan sebuah surat kabar Le Parisien pada hari Minggu (19/7/2020), dan menyebut performa Renault dan Nissan kini “menyedihkan” pasca diberhentikannya dia dari posisi CEO aliansi.
Dikatakannya, anjloknya performa aliansi lebih karena kurangnya kepemimpinan kolektif, ketimbang akibat pandemi COVID-19.
“Ada masalah kepercayaan di dalam aliansi. Secara pribadi, saya menemukan performa yang menyedihkan dari Nissan dan Renault. Tidak ada lagi kolaborasi manajemen yang nyata antara Renault dan Nissan, melainkan jarak yang renggang,” katanya kepada surat kabar Le Parisien.
Ghosn membandingkan penurunan harga saham dari November 2018 hingga Juni 2020 dengan industri pesaing: General Motors Co dan Toyota Motor Corp yang masing-masing turun 12% dan 15%, sedangkan Nissan turun 55% dan Renault 70%.
“Semua pabrikan mobil menghadapi krisis COVID yang sama, tetapi Renault dan Nissan dihukum lebih berat dari yang lain,” katanya.
Ghosn –punya sejumlah investasi dan perusahaan di Lebanon– sempat diperiksa oleh otoritas Lebanon pada Januari lalu. Dia mengatakan akan bekerja sama sepenuhnya dengan proses peradilan Lebanon. Tetapi tidak jelas kerja sama apa yang akan terjadi antara Tokyo dan Beirut.
Jaksa penuntut Prancis juga meningkatkan penyelidikan atas dugaan penyelewengan dana oleh Ghosn di Renault dan memanggilnya ke Prancis pada 13 Juli, tetapi dia tidak hadir.
“Ada masalah teknis. Paspor saya disita oleh pihak berwenang Lebanon,” kata Ghosn.
Leave a Reply