/Opini/
“We are born free,” demikian pameo yang sering kita dengar.
Bahkan di dalam Declaration of Human Rights PBB pasal pertama dikatakan, “All human beings are born free and equal in dignity and rights.”
Apakah itu benar? Apakah manusia benar-benar dilahirkan bebas? (Kita tidak akan membahas soal equal in dignity and rights karena memang tidak perlu diperdebatkan lagi)
Sedangkan soal born free, banyak orang yang mengatakan karena kita tidak meminta untuk dilahirkan, maka kita menjadi makhluk bebas begitu dilahirkan. Pemikiran ini logis, tetapi apakah benar?
Kenyataannya, begitu kita dilahirkan maka kita perlu bantuan ibu kita –dan juga ayah– untuk terus hidup. Artinya kita tidak bebas, alias tunduk kepada orang tua. Untuk selanjutnya, kita pun berutang budi atas bantuan orang lain, seperti kerabat dan orang-orang lain yang punya peran dalam hidup kita.
Kita benar-benar bebas hanya bila mati. Kematian membuat kita tidak membutuhkan apa-apa dan siapa-siapa lagi alias bebas.
Namun, bagi orang yang beragama, ternyata kematian pun tidak membebaskan kita. Sebab ada pertanggungjawaban di akhirat yang menunggu.
Sesungguhnya kebebasan manusia memang tergantung pikirannya (state of mind). Contohnya manusia yang ingin hidup, tidak bebas terjun dari atas pohon kelapa karena bisa tewas. Namun manusia yang ingin mati, bebas untuk memilih terjun dari atas pohon kelapa agar mati.
Artinya, manusia baru bisa dikatakan bebas (bebas berpikir, berbicara, serta berbuat apa saja) bila ia mengerti dan bersedia menerima konsekuensinya.
Dengan demikian apakah manusia dilahirkan bebas? Tidak. Sebab ia bergantung pada orang tua dan orang-orang lain, sampai ia sanggup berpikir dan memahami konsekuensi atas segala pikiran, perkataan, dan perbuatannya.
PS: Mungkin ada yang mengatakan bahwa bayi yang baru lahir adalah bebas (tidak berhutang budi) karena orang tuanyalah yang berkehendak agar bayi itu terus hidup. Sedangkan bayi itu tidak (belum) mempedulikan soal hidup atau mati.
Pendapat itu goyah dengan fakta bahwa secara alamiah bayi bertumbuh sel-sel tubuhnya. Tubuh dan otak bayi bukan mengecil tetapi membesar. Bahkan bayi sudah memiliki keinginan hidup (bertumbuh) sejak berada di dalam kandungan ibunya.
Opini M. Hasan, FIB-UI 1991
Leave a Reply