Aliansi industri mobil Renault-Nissan dan juga Mitsubishi digosipkan berpotensi bubar. Salah satu persoalannya adalah Nissan merasa terhambat dengan dominannya peran Renault di dalam aliansi. Nissan juga merasa identitasnya secara perlahan tergerus lantaran banyak pengembangan produk yang berbasis mobil Renault.
Aliansi Renault-Nissan terbentuk pada tahun 1999. Kemudian pada tahun 2017 aliansi itu menjadi Renault-Nissan-Mitsubishi setelah Nissan membeli saham Mitsubishi.
Indikasi adanya kekurangharmonisan di dalam aliansi diungkapkan oleh Carole Ghosn, istri Carlos Ghosn (mantan eksekutif puncak aliansi tersebut). Carole berbicara tak lama setelah Ghosn ditangkap otoritas Jepang atas tuduhan penyelewengan keuangan di dalam aliansi itu.
“Nissan belakangan merasa kurang senang dengan identitasnya yang tergerus setelah beraliansi dengan Renault. Dan suami saya adalah orang di balik terjadinya aliansi itu,” ujar Carole di dalam wawancara dengan CNBC yang diunggah ke Youtube.
Ghosn mulai memimpin Nissan pada 1999 dan mengubah Nissan dari perusahaan yang hampir bangkrut menjadi perusahaan yang untung besar. Keberhasilan Ghosn mendapat apresiasi besar di Jepang, bahkan kisah hidupnya sempat dibuat komik oleh warga Jepang.
Ghosn yang juga memegang posisi penting di Renault saat itu pun menggagas aliansi Renault-Nissan. Aliansi itu sukses dan masuk sepuluh besar industri mobil dunia.
“Suami saya telah berdedikasi 20 tahun untuk Nissan dan membuat perusahaan yang nyaris bangkrut itu menjadi untung, tapi mengapa diperlakukan seperti ini?” ujar Carole mengomentari penangkapan atas suaminya oleh aparat Jepang.
“Ternyata Nissan yang memerintahkan penangkapan itu,” lanjut Carole.
Ghosn merupakan orang yang dihormati di Renault dan memegang kewarganegaraan Prancis, selain Lebanon dan Brasil. Ia pria berdarah Lebanon yang lahir di Brasil dan bersekolah hingga menjadi pimpinan Renault di Prancis.
(Foto: Carole dan Carlos oleh Reuters)
Leave a Reply